Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Pacaran Dulu atau Taaruf??

Written By Unknown on Sabtu, 24 Maret 2012 | 09.51

Pilih langsung pacaran, takut mendekati zina. Pilih taaruf saja, takut tidak ada komitmen yang jelas. Begitulah “dilema” yang dulu ada dalam pikiran “dewi ashuro”, seorang pembaca blog ini. Belakangan, dengan berpandangan secara luas, ia mampu mengatasi “dilema” itu.
Dengan pandangan yang luas pula, ia memperhatikan bahwa hubungan antara pria dan wanita itu bukan melulu mengenai hal-hal seksual, melainkan juga….


Ah, tidak perlulah sekarang saya berpanjang lebar menanggapinya. Toh belum lama ini, di blog ini pula, saya pernah membicarakan efektivitas pacaran dan taaruf.
Tujuan saya kali ini terutama adalah mendengar suara “umat” dan mengajak Anda untuk juga mendengarkannya. Untuk itu, langsung saja marilah kita perhatikan kata-kata Dewi Ashuro yang saya kutipkan di bawah ini.
wah, beruntung sekali saya, saat sedang iseng googling menemukan blog yang seru seperti ini.. hehe..
perbincangan seperti ini memang kerap jd issue yang seru dan banyak dibicarakan, terutama saat saya kuliah dulu.
dengan teman saya, kita tertarik untuk membandingkan antara pacaran dan taaruf, yang akhirnya membuat kami mengambil konklusi yang kalo dipikir2 sekarang dekat dengan kesetujuan atas pacaran islami.
hasil perbincangan sore kami sambil ngemil ini adalah sbb (sekedar sharing..);
keuntungan dari pacaran adalah adanya komitmen. sedangkan kerugian dari taaruf adalah tidak adanya komitmen yang jelas.
berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa teman, komitmen membuat kita belajar untuk menjadi setia, belajar untuk bersabar. saat kita memutuskan untuk pacaran, berarti kita belajar untuk mengenali seseorang, mengetahui kebaikan dan kekurangannya, berusaha bersama untuk saling bertoleransi, dan melengkapi.
hal ini tidak dapat diberikan oleh taaruf. ada beberapa pengalaman teman perempuan yang berkisah tentang kekecewaannya pada orang yang sedang taaruf dengannya, tiba2 pergi tanpa pesan, tiba2 terdengar sedang taaruf dengan perempuan. tidak ada kepastian. dengan mudahnya bisa berpaling bila ternyata memang tidak cocok. tidak ada pembelajaran tentang menekan ego.
keuntungan dari taaruf, menghindari adanya kontak fisik. dengan hukum taaruf, seseorang dapat mengenal seseorang dengan tetap bersikap hormat. tidak melewati batas2 berlebihan dan menghindari adanya kekhilafan. betul sekali apa yang sudah dibahas oleh rekan2 sebelumnya, yang namanya manusianya pasti ada hawa nafsu.
dengan berpacaran, ada beberapa pengalaman (baik pribadi maupun beberapa orang) yang tidak bisa menahan diri dalam melakukan kontak fisik. akhirnya yang timbul bisa jadi jahat. jahat sama diri sendiri, dan jahat sama orang lain, karena membiarkan diri bergelimang dosa karena zina.
mungkin disini ada yang komentar, pacaran juga ga selalu memberikan komitmen, (bahkan nikah pun ga selalu menjamin komitmen), dan taarufnya bisa saja kelepasan kontak fisik. yah, memang begitu ilmu tentang manusia, tidak ada yang pasti. tidak seperti ilmu alam.
naaah, dari sini, kita menyimpulkan kita butuh nih komitmennya, tapi kita juga butuh hindari zinanya.
lalu sekarang ada konsep pacaran islami. kalo saya pribadi sih, daripada ada pihak yang tersinggung, biasanya menggunakan istilah pacaran yang tau batas. pacaran yang positif.
saya berusaha melihat sudut pandang lain dari pacaran. seperti yang ditentang dalam pacaran, adalah kontak fisik yang berlebihan batas, zina. kesannya hal yang sangat mendominasi manusia itu adalah hawa nafsu, kebutuhan biologis. padahal selain itu manusia juga punya pikiran (kognisi), dan perasaan (afeksi). rasa2nya kok, apa yang disampaikan aga timpang.
hindari pacaran hindari zina, ayo menikah, menikah untuk menghindari zina. kesannya orang itu yang ada di otaknya zina saja. saya sendiri melihat dan memilih pacaran, menikah, atau menjalin hubungan dengan lawan jenis itu lebih dari sekedar untuk berzina/menghindari zina. masih banyak faktor lain kok.
saya mau belajar berbagi, mengasihi, tertawa, berargumen, merencanakan masa depan, shoulder to cry on, menerima, memberi, menghargai, menghormati dll dsb. saya mau mencintai.
dan karena saya mau mencintai, saya berusaha tidak merusak cinta itu dengan perbuatan yang akhirnya akan menyakiti diri saya, dan orang lain (entah zina, entah selingkuh, entah menipu)
ini pendapat saya, saya tidak pakai hadist atau pun penelitian. toh menurut saya, cinta itu urusannya lebih banyak dengan hati. hehe..
love & peace,



Aduk-Aduk Artikelnya Mas Bro:



0 komentar:

 
Baca Juga:
Langganan